a

Senin, 28 Maret 2016

Pada akar rumput ku bertanya

Adakah mendung yang tak sampai hujan
Adakah angin yang tak sampai berhembus
Pada akar-akar rerumputan
Kucari.. dan belum kutemu juga

Sabtu, 28 November 2015

Saat Netizen Kurang Piknik Mengomentari Netizen Keseringan Piknik

Dua-tiga hari terakhir ini di medsos sedang ramai bahas Kebun Amaryllis-nya Bu Wartini. Kebun bunga ini lokasi tepatnya ada di Patuk, Gunung Kidul, pinggir jalan persis. Namun, yang menjadi pembahasan utama bukan keindahan kebun bunga Amaryllis tersebut, yang mirip versi mininya hamparan bungan tulip di negeri Belanda, atau tebaran Sakura di Jepang sana. Alih-alih netizen malah menghujat, mencerca, memaki-maki, lantaran kebun bunga tersebut rusak, yang konon katanya terinjak-injak anak-anak ABG (mungkin yang tua juga ada) saat selfie di sana. Dan, mungkin memang sudah kodrat "netizen" untuk selalu komen ini-itu, entah paham atau tidak. 

Sumber: liputan6.static6.com

Sebelumnya, saya perlu menjelaskan dulu bahwa saya ini orang yang menjaga ketertiban saat buang sampah apalagi di tempat wisata. Saya ini tidak pernah buang sampah sembarangan  macam bungkus makanan atau botol plastik saat jalan-jalan (piknik *red). Saya lebih suka menyimpannya sampai ketemu tempat sampah. Hal ini perlu saya jelaskan, karena mungkin saja pembaca adalah golongan netizen kurang piknik, yang logikanya sesederhana: Jika kamu tidak membela yang kelihatannya baik, maka kamu mendukung yang kelihatannya jelek.
Lanjut ke pembahasan, yang perlu kita cermati dari permasalah "injak-injak kebun" tersebut adalah: 
  • Bagaimana status kebun bunga tersebut, apakah milik pribadi atau milik umum? dari beberapa sumber seperti kompas.com, jogjamedia.co, dan metrotvnews.com kebun itu milik pribadi yaitu antara Pak Sukadi dan Ibu Wartini. Sebagai barang milik pribadi, harusnya pemiliknyalah yang bertanggung jawab atas keselamatan barang miliknya. Dengan kata lain, yang patut protes kebun tersebut rusak adalah Pak Sukadi dan Bu Wartini. Kita boleh saja mendukung Pak Sukadi dan Bu Wartini atas dasar propertinya telah dirusak (saya juga turut berduka).
  • Lokasi kebun tersebut berada di pinggir jalan yang rawan terjadi pengerusakan. Apabila tidak ada upaya untuk mencegah hal tersebut, lalu salah siapa? Di lain sisi pemakai jalan, yang kebetulan adalah netizen yang keseringan piknik, pengen dan akan seneng banget untuk berhenti sekedar memenuhi hasratnya untuk selfie-selfie. Ngga salah dong main ke kebun tetangga, ngga ada yang ngelarang kok. Hal tersebut tentu akan lain ceritanya kalau saja, ada pagar pembatas, atau minimal papan pengumuman "milik pribadi, dilarang masuk tanpa ijin pemilik" atau "milik pribadi, perusakan akan dipidana sesuai KUHP pasal bla bla bla". Lihat saja di beberapa pinggir jalan, sudah ada tulisan "dilarang buang sampah disini kecuali guguk" masih aja yang buang sampah disitu.
Dari dua alasan tersebut silahkan pembaca simpulkan sendiri mengenai persepsinya masing-masing. Bagaimana duduk perkara masalah ini lebih tepatnya. Penalaran saya, yang cetek ini, harusnya dari pemilik ada upaya untuk mencegah hal tersebut terjadi, mungkinkah ada unsur pembiaran? Lantas siapa yang ingin kita bela, Bu Wartini dan Pak Sukadi atau tempat wisata yang nyatanya adalah kebun milik pribadi (dan tidak pernah dinyatakan sebagai tempat wisata). Kalau kita menyebutnya "tempat wisata" maka tempat tersebut adalah milik umum, siapa saja bebas untuk menggunakan dan menjaganya, tapi ternyata bukan. Lebih dari itu, harusnya kita menghargai kerelaan Bu Wartini dan Pak Sukadi yang telah berkenan mengijinkan orang-orang untuk berkunjung ke kebunnya.

Senin, 09 November 2015

Sholat Istiqso dan Keluhan Seorang Dosen

Semester kedua tahun 2015 ini, di beberapa wilayah di Kalimantan dan Sumatra dilanda kejahatan pembakaran hutan yang berujung pada polusi kabut asap. Saya sebut "kejahatan" disini karena menurut analisis otak saya yang cetek ini, kebakaran yang meluas dan terjadi di banyak titik itu tidak mungkin terjadi secara natural. Terlalu mencurigakan. Polusi asap sebagai dampak dari pembakaran diperparah dengan kondisi musim kemarau yang berkepanjangan dan tak kunjung turun hujan.Baik pemerintah dan warga sukarelawan telah berusaha sebaik-baiknya dengan peralatan yang seadanya untuk memadamkannya. Namun apa daya, api bukanlah seperti rakyat kecil yang sekali dua kali gertak langsung diam. Api itu tamak, api itu rakus, api itu liar.
Kondisi kabut asap yang semakin parah dan seakan tak habis-habisnya menimbulkan fenomena baru, meski tidak bisa dibilang baru juga, di masyarakat, yakni sholat istisqa berjamaah untuk meminta hujan turun. Logika sederhananya, kalau hujan turun, api akan bisa padam kena air hujan, karena api sudah padam asap dari api akan berhenti, dan sebagian akan ikut terikat air hujan sehingga kabut asap akan hilang. Hal tersebut tentunya tidak salah baik secara hukum maupun agama, dan adalah sudah kewajiban manusia untuk berusaha dalam menghadapi problematika hidup yang dihadapinya. Namun yang menjadi pertanyaan adalah: Apakah shalat istiqsa merupakan jalan terakhir yang kita ambil saat semua usaha yang dilakukan terasa sia-sia? Maksud saya kenapa kok ngga dari awal terjadi kebakaran saja kita melakukan sholat istisqa berjamaah?
Saya teringat kembali curhatan seseorang teman yang kebetulan berprofesi sebagai dosen, dia bercerita kalau semalem menerima SMS dari seorang mahasiwa yang kesulitan mencari dosen pembimbing skripsi karena opsi-opsi dosen pembimbing favoritnya sudah penuh semua kuotanya. Sehingga sebagai opsi terakhir, jatuhlah kepada teman saya ini, dan entah "keberanian" apa yang merasuki mahasiswa ini sehingga terang-terangan mengatakan teman saya yang pintar ini adalah pilihan terakhirnya karena dosen-dosen yang lain sudah tidak bisa menerima bimbingan. Maka muntablah dia, dengan kualitas yang sedemikan bagusnya, dengan dedikasi yang sedemikian tingginya, bisa-bisanya dijadikan pilihan terakhir. Kewanen! Alhasil ajuan mahasiswa tersebut ditolak.
Lantas apa maksud dua cerita tersebut? Apa penulis sudah ikut-ikutan stres mikir skripsi sampai berani menuhankan seorang dosen? atau mendosenkan Tuhan? Secara hakikat dosen dan Tuhan jelas beda, ngga bisa dibandingkan. Tuhan itu pencipta, dosen itu manusia yang diciptakannya. Tuhan itu kekal, dosen itu fana. Tuhan itu tunggal, dosen itu jamak. Tapi coba bayangkan, dosen saja, yang memiliki kualitas dan dedikasi yang mumpuni dibidangnya, remuk hatinya bila dijadikan pilihan terakhir, bagaimana dengan Tuhan? bisa-bisanya! Tuhan seharusnya menjadi tempat pertolongan pertama, bahkan sebelum usaha, atau bahkan sebelum terjadinya masalah itu sendiri. Lha emangnya saya sudah menerapkannya? ..........?
   

Kamis, 11 Desember 2014

Metode Menentukan Pilihan

Dalam hidup seringkali kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang tak jarang membuat kita galau misalnya dimana kita akan melanjutkan studi, perusahaan mana kita akan bekerja atau mungkin juga dengan siapa kita akan menghabiskan masa tua. Secara garis besar pilihan dapat dibagi menjadi dua macam i) mutually exclusive, yaitu dua atau lebih pilihan dimana apabila kita mengambil salah satu maka kita harus mengorbankan yang lain ii) non-mutually exclusive, yaitu pilihan-pilihan yang tidak berakibat satu dengan yang lainnya. Dari pilihan-pilihan tersebut kita dituntut untuk menentukan pilihan yang terbaik yang akan kita ambil. 
Saya sendiri bukan ahli psikologi atau trainer, namun disini saya hanya ingin berbagi metode bagaimana menentukan pilihan secara lebih sistematis. Berikut langkah-langkahnya:

1. Tentukan Tujuan
Menentukan pilihan tanpa tujuan ibarat berlari tanpa tahu arah dimana garis finish, malam tanpa lampu, berlayar tanpa kompas, dunia tanpa kutup..halah. Intinya tujuan menjadi dasar kita mengambil pilihan mana yang kita ambil. Misalnya Joko setelah lulus kita ingin menjadi dokter, maka universitas yang Joko pilih haruslah yang mempunyai fakultas kedokteran.

2. Kumpulkan Pilihan-Pilihan
Setelah  kita menentukan tujuan, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan pilihan-pilihan yang ada. Misalnya, setelah Joko menentukan akan menjadi dokter, Joko memilih UGM, Undip, dan UI sebagai universitas yang menjadi pertimbangkan.

3. Tentukan Kriteria Pembanding
Kriteria pembanding disarankan merupakan kriteria yang dimiliki oleh semua pilihan sehingga perbandingan dapat dilakuakan secara lebih efektif. Misal, dalam menentukan universitas pilihannya Joko memutuskan kriteria pembandingnya adalah kualitas pengajar, biaya studi, prestasi akademis, ketersediaan program beasiswa, jarak dengan tempat hiburan, kondisi gedung, fasilitas belajar dan layanan perpustakaan. 

4.Tentukan Pembobotan Kriteria
Pembobotan kriteria dimaksudkan untuk menilai seberapa signifikan dampak kriteria tersebut terhadap kualitas piliahan kita. Hal ini dikarenakan setiap kriteria akan memberikan dampak yang berbeda-beda. Pembobotan dapat dilakukan dengan dua cara i) pembobotan secara kualitatif misal sangat penting, sedang dan kurang penting dan ii) pembobotan dengan skala angka/kuantitatif misal skala 1-10 dima 1 mewakili tidak penting dan 10 mewakili sangat penting sekali. Dalam menentukan pembobotan disesuaikan dengan kondisi kita saat ini dan tujuan yang ingin kita capai. Kembali ke kisah Joko, dia memutuskan pembobotan kriteria secara kuantitatif dengan skala 1-10, dengan rincian:
·        kualitas pengajar : 9
·        biaya studi : 8
·        prestasi akademis : 8
·        ketersediaan program beasiswa : 7
·        jarak dengan tempat hiburan : 5
·        kondisi gedung : 5
·        fasilitas belajar : 8
·        layanan perpustakaan : 7

5. Tentukan Nilai Kriteria Setiap Pilihan
Setelah melaukan langkah-langkah diatas, tahap selanjutnya dan terakhir adalah menentukan nilai setiap kriteria dari masing-masing pilihan. Penentuan skala nilai tidak menjadi masalah asal tetap konsisten untuk semua kriteria, misal skala 1-10. Hasil dari perhitungan ini yang akan dijadikan pembanding antar pilihan, dimana angka tertinggi dinilai sebagai pilihan terbaik. 
Proses menentukan nilai kriteria merupakan bagian terpenting sekaligus tersulit. Dalam hal ini, informasi yang kita miliki menjadi hal yang sangat menentukan. Untungnya banyak cara untuk memperoleh informasi seperti internet, diskusi, media cetak, pengalaman dan sebagainya. Sebagai contoh, setelah Joko mengumpulkan informasi yang diperlukan, dia membuat penilain atas universitas yang akan dia pilih sebagai berikut:

Kriteria
Bobot
UGM
Undip
UI
Nilai
kali Bobot
Nilai
kali Bobot
Nilai
kali Bobot
Kualitas Pengajar
9
8
72
8
72
9
81
Biaya Studi
8
7
56
8
64
4
32
Prestasi Akademis
8
9
72
8
64
9
72
Ketersediaan Program Beasiswa
7
7
49
6
42
7
49
Jarak Dengan Tempat Hiburan 
5
8
40
6
30
7
35
Kondisi Gedung 
5
7
35
8
40
7
35
Fasilitas Belajar 
8
8
64
7
56
9
72
Layanan Perpustakaan
7
8
56
7
49
8
56
TOTAL

62
444
58
417
60
432
Catatan: Nilai-nilai di atas hanya untuk contoh semata

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan di atas, Joko akhirnya  memutuskan untuk melanjutkan studi di fakultas kedokteran UGM. 

Demikian metode penentuan pilihan versi saya, semoga bermanfaat bagi pembaca.
NB: Agar mudah melakukan perhitungan lebih baik bila menggunkan ms excel atau aplikasi sejenis.

Rabu, 10 Desember 2014

Subsidi BBM Untuk Siapa?

Seringkali di dalam forum diskusi atau sosmed muncul pernyataan yang memprotes soal mobil-mobil mewah yang ikut berjejer mengantri BBM bersubsidi di SPBU. Namun apakah salah orang yang tergolong menengah ke atas ikut membeli BBM bersubsidi? Apakah kemampuan keuangan mereka bisa mengecualikan mereka untuk mendapat subsidi? Untuk menjawabnya kembali lagi ke definisi Subsidi BBM itu sendiri. Menurut APBN 2014, subsidi merupakan alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang memproduksi, menjual barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa, sehingga harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. Dengan demikian tujuan subsidi adalah penyaluran anggaran agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya atas barang yang disubsidi tersebut tanpa terkecuali untuk pihak-pihak tertentu baik bagi si kaya maupun si miskin. 
Tujuan pemberian subsidi tidak hanya sebatas pada peningkatan daya beli. Lebih lanjut subsidi juga ditujukan untuk menjaga stabilitas harga barang dan jasa di dalam negeri, serta memberikan insentif bagi dunia usaha dan masyarakat. Dengan subsidi tersebut diharapkan bahan kebutuhan pokok masyarakat tersedia dalam jumlah yang mencukupi, dengan harga yang stabil, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Adalah tidak mungkin bagi pemerintah untuk membatasi subsidi BBM bagi golongan masyarakat yang tidak mampu saja. Jika pemerintah ingin membatasi subsidi BBM ada dua cara yang bisa dilakukan pemerintah yakni mengubah subsidi BBM menjadi bantuan sosial BBM atau mengubah definisi subsidi itu sendiri. Hal ini penting sebagai landasan hukum pemerintah dalam mengambil kebijakan pembatasan subsidi BBM. Maka tidak mengherankan jika kebijakan pembatasan subsidi BBM saat ini hanya sebatas himbauan yang terpajang di SPBU. Dalam hal ini kesadaran masyarakat khususnya yang berpenghasilan menengah ke atas sangat diharapkan atau mungkin sebagian dari mereka sudah tidak punya rasa malu? 
Terlepas dari pengertian dalam peraturan perundangan, saya sendiri menilai subsidi BBM selayaknya diberikan kepada orang yang tidak mampu karena jika masyarakat sudah mampu buat apa dibantu? akan lebih tepat jika subsidi direalokasikan ke belanja modal yang meningkatkan produktifitas masyarakat. 

Membuat Menu Bar dan Sub Menu Bar di Blog

Berawal dari pengen ada bar menu di blog, akhirnya cari-carilah saya digoogle tentang bagaimana cara membuat bar menu di blog khususnya blogspot. Setelah menimbang-nimbang dari berbagai sumber, akhirnya saya putuskan berikut inilah tutorial paling bagus karena menu-menunya bisa dengan mudah diedit sesuai kesukaan dan kebutuhan. Langkah-langkahnya:
    1. Klik Menu Desain 
    2. Pilih Menu Template lalu pilih menu Edit HTML
    3. Cari scrift div class='main-outer'>   pakai Ctrl+F biar lebih mudah
    4. Copas scrift berikut tepat diatas scrift yang dicari tadi 
      <style>
      /* -- Menu Horizontal + Sub Menu-- */
      #cat-nav {background:#156994;margin:0 15px;padding:0;height:35px;}
      #cat-nav a { color:#eee; text-decoration:none; text-shadow: #033148 0px 1px 0px;border-right:1px solid #156994;}
      #cat-nav a:hover { color:#fff; }
      #cat-nav li:hover { background:#000; }
      #cat-nav a span { font-family:Verdana, Geneva, sans-serif; font-size:11px; font-style:normal; font-weight:400; color:#fff; text-shadow:none;}
      #cat-nav .nav-description { display:block; }
      #cat-nav a:hover span { color:#fff; }
      #secnav, #secnav ul { position:relative; z-index:100; margin:0; padding:0; list-style:none; line-height:1; background:#0d5e88; }
      #secnav a { font-family:Georgia, "Times New Roman", Times, serif; font-style:italic; font-weight:700; font-size:14px; display:block; z-index:100; padding:0 15px; line-height:35px; text-decoration:none;}
      #secnav li { float:left; width: auto; height:35px;}
      #secnav li ul  { position: absolute; left: -999em; width: 200px; top:35px}
      #secnav li ul li  { height:30px; border-top:1px solid #fff; }
      #secnav li ul li a  { font-family:Verdana, Geneva, sans-serif; width:180px; line-height:30px; padding:0 10px; font-size:11px; font-style:normal; font-weight:400; color:#eee; }
      #secnav li ul ul  { margin: -30px 0 0 180px; }
      #secnav li:hover ul ul, #secnav li:hover ul ul ul, #secnav li.sfhover ul ul, #secnav li.sfhover ul ul ul { left:-999em; }
      #secnav li:hover ul, #secnav li li:hover ul, #secnav li li li:hover ul, #secnav li.sfhover ul, #secnav li li.sfhover ul, #secnav li li li.sfhover ul { left: auto; }
      #secnav li:hover,#secnav li.hover  { position:static; }
      #cat-nav #secnav {width:100%;margin:0 auto;}
      </style>
      <div id='cat-nav'>
      <ul class='fl' id='secnav'>
      <li><a href='#'>Beranda</a></li>
      <li><a href='#'>Menu 1</a></li>
      <li><a href='#'>Menu 2</a>
      <ul id='sub-custom-nav'>
      <li><a href='#'>Sub Menu2 a</a></li>
      <li><a href='#'>Sub Menu2 b</a></li>
      </ul>
      </li>
      <li><a href='#'>Menu3</a>
      <ul id='sub-custom-nav'>
      <li><a href='#'>Sub Menu3a</a></li>
      <li><a href='#'>Sub Menu3b </a></li>
      </ul>
      </li>
      <li><a href='#'>Menu4</a>
      <ul id='sub-custom-nav'>
      <li><a href='#'>Sub Menu4a</a></li>
      <li><a href='#'>Sub Menu4b </a></li>
      </ul>
      </li>
      <li><a href='#'>Menu5</a></li>
      </ul>
      Keterangan :
      *Ganti tanda # (warna biru) dengan link/url yang anda inginkan. Bisa jadi link posting atau label (katagori) yang ada pada blog.
      *Ganti tulisan warna biru dengan menu dan sub menu yang diinginkan.
      *Setiap sub menu bisa ditambah atau dikurangkan.
      * List warna dapat dilihat disini dan list font disini
      5. Setelah itu klik Pratinjau dulu untuk memastikan scrift sudah benar . Lalu simpanlah/save. Dan tutup edit HTML tersebut.

      Saran : back up dulu template anda sebelum merubah/menambah scrift diatas, agar bisa dimanfaatkan kembali jika ada masalah dengan penambahan srcritf diatas. 


      Sumber Informasi

      Selasa, 09 Desember 2014

      Tentang Pergerakan Harga Minyak Dunia

      Minyak..manusia di bumi mana yang tidak membutuhkannya? barang komoditas satu ini memang sudah menjadi kebutuhan primer manusia sejak jaman revolusi industri. Dan sampai sekarang minyak masih mengjadi sumber energi utama bagi masyarakat meskipun telah banyak ditemukan sumber energi alternatif lain. Karena pentingnya minyak tersebut, tidak jarang menyebabkan keserakahan.
      Seperti barang-barang komoditas lain di pasar, harga minyak dipengaruhi oleh supply dan demand. Namun karena sifat minyak sebagai kebutuhan primer bagi masyarakat dimana tingkat demand cenderung stagnan atau bahkan mengalami kenaikan maka harga minyak akan lebih dipengaruhi dari sisi supply dari produsen. Dari hal tersebut, supply minyak akan dipengaruhi oleh dua hal yaitu seberapa banyak cadangan minyak yang ada dan bagaimana kemampuan produsen dalam memproduksi dan mendistribusikan minyak tersebut, kemampuan disini tidak sebatas kemampuan teknis saja namun kemampuan karena faktor keamanan, politik dan sosial. 
      Selaras dengan hal di atas, penurunan harga minyak dunia akhir-akhir ini menurut metrotvnews.com dipengaruhi karena empat faktor yaitu a) kilang-kilang pengolahan minyak mentah di kawasan Atlantic Basin beroperasi tinggi dan mengakibatkan inventory beberapa jenis produk mengalami peningkatan; b)  produksi minyak mentah OPEC pada yang mengalami kenaikan; c) proyeksi permintaan minyak mentah 2014 sedikit lebih rendah sebesar 20.000 barel per hari dibanding dengan proyeksi pada bulan sebelumnya; dan d) rata-rata produksi minyak mentah AS di Juli mencapai 8,5 juta barel per hari yang merupakan angka produksi tertinggi sejak April 1987.